Antara Idealisme dan Resiko Wartawan

Sebagai pencari berita. Atau dalam istilah sekarang kuli disket bukanlah pekerjaan yang mudah. Pengalaman saya pribadi, banyak kasus yang harus diungkap, tetapi tidak mengesampingkan dampak yang bakal terjadi dari berita tersebut. Dampak bagi masyarakat dan dampak bagi si pembuat berita.

Disinilah, wartawan diminta untuk benar-benar bijakasana sebelum mengangkat berita-berita tersebut, norma-norma kesusilaan juga dijunjung tinggi, dimana pihak pengelola surat kabar atau media elektronik tidak hanya mementingkan unsur bisnis saja, mereka juga diminta untuk memikirkan dampak dari setiap berita yang diterbitkan atau ditayangkan.

Sebagai orang yang masih awam dibidang jurnalistik, saya ada sedikit pengalaman selama menjalankan tugas dilapangan.

Sekitar tahun 1997, saya mendapat laporan dari masyarakat disalah satu desa di Kecamatan Bintang Ara (waktu itu masih kecamatan Haruai) Kabupaten Tabalong bahwa Kepala Desa (kades) mereka selama ini memepunyai pekerjaan sampingan yakni sebagai penadah kayu liar atau dalam istilah kerennya sekarang Illegal Logging.

Akibat dari ulah kades ini, jalan desa yang seharusnya dipelihara dengan sebaik-baiknya justru rusak berat akibat dari keluar masuknya truk-truk bermuatan kayu didesa tersebut.

Yang lebih fatal lagi, jembatan satu-satunya yang menghubungkan desa dengan ibu kota kecamatan juga rusak parah, dan masyarakat menuding kerusakan jembatan dan jalan itu akibat dari ulah truk-truk pengangkut kayu liar milik sang kades.

Maklumlah pada waktu itu masih jaman Orde Baru, jadi laporan-laporan masyarakat kepada pihak berwenang seolah hanya angin lalu saja dan ini membuat masyarakat memilih alternatif untuk memuat kasus itu ke media massa.

Karena waktu itu saya adalah satu-satunya wartawan disana, maklum jaman oarde baru menjadi wartawan sangat selektif tidak seperti jaman reformasi sekarang, wartawan seperti jamur dimusim hujan.

Mendapat laporan dari masyarakat disana, sayapun mempelajari kasus ini secara mendetail. Karena, pada jaman orba dalam kasus Illegal Logging sangat identik dengan keterlibatan aparat, jadi saya harus berhati-hati dalam menangani kasus itu.

Perlu diketahui, sebagai seorang wartawan kita berkewajiban untuk mementingkan kepentingan masyarakat. Kalau hak-hak masyarakat dianiyaya, masyarakat dikebiri, ditipu, atau bikin sewenang-wenang, insan pers harus berada didepan, dan berkewajiban untuk membela mereka.

Setelah saya turun kelapangan, ternyata apa yang disampaikan oleh warga itu benar, kades mereka benar-benar mempunyai kerja sampingan yakni sebagai penadah kayu haram. Setelah mengumpulkan informasi dari sumber-sumber disana, dan mendapatkan bukti-bukti pendukung seperti foto kegiatan si kades, maka sayapun mencoba untuk menurunkan satu berita dimedia harian waktu itu saya bekerja.

Besoknya berita saya keluar dan menghebohkan seantero desa…bahkan sampai ke ibu kota kabupaten. Buktinya, setelah berita saya keluar Kapolres beserta jajarannyta langsung turun kelapangan untuk melakukan penyidikan dengan dasar berita tersebut. Akibat dari berita itu, masyarakat disana sangat senang bukan kepalang. Tetapi kasusnya bukan berhenti sampai disitu saja. Disisi lain keluhan masyarakat sudah terselesaikan dan mereka puas, tetapi si kades tidak tinggal diam, ia kesana-kemari mencari si wartawan yang membuat berita tersebut.

Akhirnya pertemuan yang tidak saya harapkan terjadi juga. Ketika saya menaiki kantor Bupati menuju ruangan Humas, ternyata diatas tangga kades itu sudah menunggu.

Entah tahu dari mana kalau saya adalah wartawan, ketika bertemua ia langsung mencerca saya dengan puluhan pertanyaan…yang semuanya saya jawab apa adanya. Tetapi, saya tetap melindungi sumber-sumber saya didesa itu walaupun si kades terus mendesak saya agar menyebutkan nama dari si pelapor.

Merasa tidak mendapat jawaban yang memuaskan, akhirnya terjadi adu mulut antara saya dengan kades itu, dan karena sama-sama emosional kami hampir adu jotos di kantor Bupati. Hal ini menyita perhatian bapak-bapak PNS disana, mereka seperti menonton topeng moyet saja…(karena waktu itu tidak pernah terjadi ada orang kelahi di kantor Bupati….hehehee) Nah..sekarang pembaca sudah tahu..inilah salah satu dari resiko menjadi wartawan pada jaman orba…sementara pada jaman reformasi sekarang sangat jarang terjadi wartawan digebuki, wartawan dibacok atau wartawan diculik…

Apa yang saya sampaikan ini semata-mata hanya shering kepada pembaca, bahwa dibalik keinginan kita untuk membela masyarakat dari hak-hak mereka yang tertindas, disisi lain kita juga berhadapan dengan resiko dari pembelaan tersebut. Artinya sebelum melakukan sebuah keputusan segala akibat dari keputusan itu harus kita lakoni, suka maupun dukanya…ooyyeee…n’tar kita sambung lagi pada postingan berikutnya…by..



Submit Post To: | Digg | Technorati | del.icio.us | Stumbleupon | Reddit | BlinkList | Furl | Spurl | Yahoo | Simpy |

Artikel Terkait: