Home
»
Ayoo..Belajar Jurnalis
»
Pada dasarnya menjadi seorang wartawan mempunyai tugas ganda. Disatu sisi berjuang, menjunjung harkat dan martabat masyarakat, dan disatu sisi bagaimana bisa hidup mengisi perut agar tidak kelaparan. Nah, dalam kedua sisi yang jelas berbeda dan bertentangan ini kita di uji untuk menempatkan diri sebijaksana mungkin, arif dan bertindak tepat. Kalau tidak tepat, bisa-bisa berita-berita tersebut menjadi senjata makan tuan, atau akan mencelakai diri sendiri.
Idealis artinya kita berpegang pada prinsif, ‘KATAKAN, WALAU ITU PAHIT’. Tidak tergoyang dengan iming-iming apapun, tidak mempan dengan suap, tidak kenal keluarga, kerabat atau teman, kalau salah harus ditindak…wah..waaahh..ini namanya terlalu keras..!!!
Memang, kalau kita sudah bersikap idealis sudah tidak memandang sisi apapun juga, tidak memandang latarbelakang objek berita dan tidak memandang kedudukan seseorang. Dimata hukum jurnalistik semua sama!.
Kalau sudah begini kan hebat negara ini, saya jamin tidak ada lagi kepentingan-kepentingan yang menjual dan merusak citra wartawan Indonesia.
Dalam perjalanan menjadi seorang wartawan, disamping kita mempunyai rasa idealis yang tinggi, kita juga harus bersikap realita. Dalam jeman ferormasi sekarang Idealis dan Realita tidak bisa dipisah-pisahkan, kedua-duanya mempunyai kesamaan dan kepentingan dengan si wartawan. Apalagi sekarang sangat banyak media dan koran-koran yang baru, dimana kalau jaman orde baru, surat kabar/koran se Indonesia hanya berkisar 50 an perusahaan penerbitan saja. Kalau sekarang, waaooww…sudah mendekati angka 400 lebih media baru, termasuk media elektronik seperti TV-TV swasta murni dan TV-TV milik pemerintah Propinsi dan Kabupaten/kota.
Meskipun sangat banyak media yang lahir, saya kutip satu pribahasa..’seperti jamur dimusim hujan’ itu sangat pas dan tepat. Karena selama orde baru kran para insan pers untuk berkarya membangun bangsa ini melalui pencerdasan masyarakat dikebiri dan dikekang. Media hanya wajib membuat berita-berita yang baik-baik saja, atau berita-berita ‘masuk surga’, tidak ada kritik dan tidak ada kontrol sosial. kalau melanggar, tahu sendiri akibatnya, media itu akan mendapat malapetaka alias dibrendel.
Setelah jaman berubah, dan roda reformasi bergaung dibumi nusantara tercinta ini, maka insan pers mendapat kebebasannya kembali. Para insan pers dipersilahkan untuk mengembangkan program pencerdasan masyarakat, termasuk dalam pembukaan UUD 45, yakni ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini salah satu dari kewajiban insan pers untuk mencerdaskan bangsa ini melalui informasi-informasi yang dibaca dan dilihat masyarakat agar mereka terdidik untuk gemar membaca. Dengan gemar membaca koran, maka masyarakat secara tidak langsung akan cerdas karena ia tahu perkembangan dunia, tahu perkembangan wilayah-wilayah lain yang selama ini mereka tidak tahu.
Bagaimana rekan-rekan..??? bingung yaaa…???
Waduuhh jadi ngelantur..mana ulasan tentang realitanya..??
Oke—oke..saya jelaskan lagi. Wartawan dalam mengambil suatu keputusan membuat suatu berita atau ulasan harus teliti dan bersikap bijak. Kalau berita itu memang menyangkut kemaslahatan umat manusia, dan menyangkut kepentingan umum kita wajib mengaksposenya dan memberitakannya. Apalagi kalau berita-berita kasus korupsi, waah..ini wajib kita beritakan..karena mereka mengkorupsi uang rakyat..hehehe nah kalau itu namanya sikap idealis..tegas dan tepat dalam mengambil keputusan.
Sedangkan sikap realita..wartawan hendaknya berpikir realita..menggunakan logika dan akal untuk berpikir dampak apa yang akan terjadi apabila berita tersebut dimuat. Contoh, kalau kita memberitakan berita-berita yang berbau SARA, atau Etnis, maka resikonya sangat besar. Satu, akan terjadi perang saudara sesama rakyat Indonesia, atau pecahnya kesatuan bangsa. Dan yang kedua, si pembuat berita akan berdosa besar karena sudah memecah keutuhan bangsa ini, disamping medianya akan mendapat masalah yakni bakal diproses sesuai dengan hukum yang berlaku, atau yang terpahit lahit lagi..yang punya koran dan wartawannya dipenjara alias masuk bui, sedangkan medianya akan dibrendel atau dicabut ijinnya.
Makanya, menjadi waryatawan dalam mengambil suatu keputusan harus arif, teliti dan hati-hati. Mencermati dampak positif dan negatif dari berita itu, kalau gara-gara berita itu si wartawan harus mati dibunuh orang..nanti dulu, pikir lagi apakah kita dalam posisi aman apabila berita itu keluar. Karena kita tidak tahu apakah objek berita bersikap bijaksana dengan berita tentang dirinya itu, atau misalnya ia merasa tidak terima kemudian main hakim sendiri dengan menembak si wartawan..mati deeehh..hehehee..bagaimana?? kira-kira itu dulu tulisan untuk posting kali ini, mudah-mudah bermanfaat dan bisa menjadi pelajaran kita bersama. Terima kasih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR SOBAT DAN SAHABAT BLOGGER, SEMOGA BISA MENJADIKAN MANFAAT BAGI KITA SEMUA, AMIIN
One accessory that many pandora beads women consider a necessity is a handbag. In fact there is such a demand for pandora bracelet ladies handbags in the marketplace that the selection just constantly increases. As each new season begins there are pandora bracelets uk dozens of new designs of ladies handbags available. pandora charm bracelet Every woman has her own sense of style and therefore she’ll tend to purchase ladies pandora charms handbags that reflect that. For some women they only buy designer ladies handbags. pandora charms bracelets These particular types of ladies handbags are crafted from the finest materials and pandora jewellery carry the names of some of the most celebrated designers in the world. Designer pandora jewelry ladies handbags are very expensive but many women view them as a fashion pandora uk investment
Posting Komentar
"Mari Kita Bertutur Kata Dengan Santun"
Silahkan sampaikan komentarnya ya, dan kalau berkenan pakai Name/URL saja supaya saya mudah mengunjungi blog sobat.
Terima Kasih Sukses Untuk Semua.